Wednesday 21 January 2015

Menjadi Istri



                Sepertinya musim banget nikah muda, termasuk saya sendiri (?). Nikah muda? Beneran nikah muda karna suruhan agama atau kebelet pengen nikah karna liat temen udah pada gendong bayi, perut udah pada besar nunggu hari melahirkan atau mupeng liat temen upload foto mesra sama pasangan halalnya? Jujur, saya pernah menargetkan untuk menikah pada umur 25 tahun. Alhamdulillah, Allah ngasih pasangan ketika saya berumur 24 tahun. Nikah muda kah itu? Buat saya, tidak ada istilah nikah muda. Adanya nikah dewasa. Karna muda jelas sekali artinya menikah ketika usia dini dan sikap masih belum mencerminkan orang yang siap menghadapi hidup berumah tangga. Kalau nikah dewasa, artinya menikah ketika umur muda tapi pemikiran sudah matang dan dewasa.  
                Kalau dibilang nikah dewasa, kemungkinan besar persiapan mental dan fisiknya sudah siap. Terutama persiapan mental sih, menurut saya. Emang gampang jadi istri orang? Emang gampang hidup di bawah satu atap sama orang yang bisa dibilang asing itu? Ya, walaupun sudah saling mengenal sebelumnya, tapi yakinlah, semuanya akan lebih terlihat lagi setelah menikah. Kita bakalan tau aslinya pasangan masing-masing itu seperti apa. Pokoknya, menjadi istri adalah momen belajar menata hidup dari nol bersama orang yang Tuhan sudah pilihkan untuk kita. 

                Menjadi istri itu emang ga gampang. Apalagi buat istri yang masih statusnya karyawan seperti saya. Dengan jadwal kerja saya yang shift-shift an serta suami yang sudah mulai rotasi ke remote area di Kutai, benar-benar menguji kesabaran dan kesetian *halah. Sejak menikah, saya usahakan setiap hari untuk memasak buat suami tercinta. Mungkin bukan makan istimewa yang disajikan, tapi momen memasak khusus untuknya dan makan bersama dengannya itu yang penting. Bangun sebelum subuh, nyiapain sarapan dan bekal untuk makan siang berdua, sorenya pulang kerja juga masih harus masak untuk makan malam. Gampang? Siapa bilang gampang. Kadang suami bilang “Sayang ga usah masak aja, capek kan abis kerja”. Kalau saya mentingin diri sendiri, iya tinggal suruh suami beli aja makan malamnya. Tapi saya sadar, kalau masih kuat untuk masak kenapa harus beli. Nanti kalau suami udah ke remote area, sedih sendiri kan masak ga ada yang makan. 
                Menjadi istri itu kudu dukung suami 1000%. Semua yang baik yang beliau lakukan, pastinya demi keluarga. Buat yang menikah dengan tulang punggung keluarga seperti saya, ini adalah challengenya. Disaat kepentingan istri dan keluarga di kampung menjadi tanggungjawab suami. Kadang terbesit rasa kecewa atau bahkan marah ketika suami lebih mementingkan keluarganya dibanding saya. Namun, setelah berfikir dengan waras, apakah saya berhak seperti itu? Karna orang tuanya, suami saya bisa menjadi ‘orang’, lalu apakah salah jika dia berbakti dengan orang tuanya? Kuncinya disini adalah kompromi antara kedua belah pihak, suami dan istri. Kami mencoba membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan keuangan keluarga, berapa support yang harus diberikan ke keluarga di kampung, berapa pengeluaran yang harus kami belanjakan selama sebulan dan yang paling penting berapa banyak persenan tabungan kami tiap bulannya. Percayalah, suami pasti akan berusaha adil seadilnya buat kita dan keluarganya. 

                Menjadi istri itu, indah hanya di Instagram, Path, Facebook, Twitter dan media sosial lainnya namun penuh gejolak di kehidupan nyata. Kalau tidak didukung dengan mental dewasa dan mau berkompromi, mungkin tidak ada yang bertahan lama menjabat sebagai istri. Saya salut dengan kakek nenek yang pernikahannya bertahan puluhan tahun. Entah apa rahasianya, namun yang pasti keluarga harus harmonis, dan yang paling penting SALING. Saling sayang menyayangi, saling hormat menghormati, saling nasihat menasihati, pokoknya, SALING. Semoga kita menjadi istri solehah dan bisa bersama suami dan anak cucu kita ke Jannah. Indah dunia dan akhirat. Aamiin. :)


Picture source from here




-MS-

3 comments:

  1. Duhh itu target saya bgt mba 25, pengen cepet tapi apa daya masih takut hihihi 😂

    Ohya, kalau berkenan main keblog ku ya ^_^
    http://leeviahan.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. Fikri : AAMIIN :)

    Lee Via Han : jangan takut2, nanti nyesel. soalnya kenapa ga dari dulu nikahnyaa.. hoho :D

    ReplyDelete