Friday 3 March 2017

28 September 2016 : Terlahir kembali





Assalamualaikum, blogworld! Lama sekali tidak berdongeng, tahu-tahu sudah tahun 2017 saja. Baiklah, kali ini izinkan saya berbagi sebuah cerita manis tentang melahirkan anak pertama saya, Alya Aruna Nadira pada 28 September 2016 lalu.

27 September 2016

                Pagi diawali seperti biasa, bangun sekitar jam 5 pagi, bersiap untuk solat subuh. Tapi, ada yang beda. Ada yang bikin perut serasa ditarik-tarik, kenceng rasanya, tapi tidak lama, sebentar saja. Jadi ingat sekitar 2 minggu sebelumnya merasakan kontraksi brixton hiks, rasanya mirip-mirip. Jadi saya bawa aktivitas seperti biasa saja. Terbesit di benak saya, mungkin memang sudah mau lahiran, karna usia kehamilan sudah menjelang 39 minggu dan HPL saya adalah sekitar 2 November 2016. Seingat saya, per 30 menit – 1 jam pasti saya merasakan nyeri itu. Tapi, ketika dibawa berjalan atau duduk sambil goyang di birthing ball, rasa nyerinya menghilang.

                Di hari itu saya sempat berjalan (cukup jauh) untuk membeli sarapan nasi kuning favorit, memandikan kucing kesayangan dan berberes-beres. Untuk memandikan kucing, memang rasanya rempong sekali, tapi hari itu saya cukup bertekad memandikannya, karna feeling saya kalau tidak hari itu dimandikan, nanti kayaknya bakalan lebih lama lagi ga mandi. Sepanjang hari saya mencoba untuk beraktifitas senormal mungkin, jika gelombang cinta mulai muncul, saya perbanyak pergerakan dan mengatur nafas dan mencoba menikmatinya. Bahkan ada kejadian 1 dari 2 ekor baby cat rescue saya mati, sedih banget  rasanya karna baby cat itu udah 2 minggu-an saya rawat. Tapi saya mencoba ikhlas semoga ada hikmahnya. Siangnya, saya merasa sedikit lelah dan mencoba untuk tidur siang. Tapi apalah dayaku, tak bisa konsentrasi untuk bobo ciang, alhasil kembali duduk manis goyang-goyang di birthing ball sambil temenin mama nonton serial India kesukaannya. Sempet juga naik turun tangga mini yang di depan rumah. Pokoknya bergerak aja, biar makin nikmat gelombang cintanya. Tak lupa, pakai aplikasi untuk menghitung durasi, mudah-mudahan bentar lagi lahiran. 

                Malamnya, drama episode 1 dimulai. Saya udah whatsapp-an sama kakak Pembina Bidan Neny Rahmawati, tapi masih fase menghitung si tanda cinta, kalau udah intense baru deh cus ke Griya Bunda Sehat, tempat melahirkan pilihan saya dan suami. Laporan juga sama Bapak Negara yang nun jauh disana, dag dig dug lah beliau. Mama juga mulai panikan dan nyuruh buru-buru ke GBS. Padahal akunya masih santai senyum-senyum nikmatin tanda cinta baby Alya dan rencananya besok pagi aja ke GBS, siapa tau pas nyampe anakku meluncur depan pintu GBS. Hehe. Akhirnya, setelah disepakati bersama, malam itu juga saya dan mama berangkat ke GBS. Kucing kesayangan dengan terpaksa ditaroh di depan rumah, 1 baby cat yang direscue dari bak sampah ikut dikandangin di depan rumah. Makanan titip ama tetangga, itupun Cuma via WA nitipnya, udah kemaleman, jadi segan ngetok pintunya. 

                Sesampainya di GBS, kedatangan kami disambut Bidan Putri dan Bidan Rahma. Karna pengen tau aja, jadilah di VT. VT sakit ga? Enggak. Kalau nafasnya diatur ga terasa. Dan yang nge-VT juga berperan penting, prosesnya lembut dan cepat jadi ibu hamilnya kan tetep okey. Alhamdulillah, malam itu sudah di bukaan 3. Jadi semangat doonk, bentar lagi ketemu anak bayi yang sudah dikandung 9 bulan lamanya, apalagi penantian buat hamilnya setelah setahun menikah. Lanjut deh masuk ke kamar buat istirahat terus dipijet induksi untuk memacu bukaan. Yang pijet waktu itu bidan Rahma, rasanya enaaaaaak, saya betah dilama-lamain. Haha. Sekitar 1 jam kayaknya dipijet, ga terasa, sedikit ketiduran tapi pas ada gelombang cintanya kebangun lagi. Setelah selesai pijet, disarankan buat tidur, untuk recharge energy. Diusahain siih, tapi baru mau merem gelomang cintanya muncul lagi. Jadilah semalam memilih untuk tidur-tidur ayam di kursi terus sebentar-sebentar pindah ke birthing ball. Waktu itu pengennya apa coba? Pengen Bapak Negara tercinta ada di sampingku, memijatku, memelukku, menciumku. Huaaaaaah. Tapi apalah dayaku, suami mencari rezeki nun jauh disana, baru masuk pula. Hiks. Mama? Bobo pules beliau. Huhu

28 September 2016

                Semalaman fix saya tidak tidur, jadi rasanya itu memang energy-less. Kurma masih dikunyah, tapi ga bisa banyak. Bahkan saya bolak-balik kamar mandi seperti orang diare. Feeling saya badan saya sedang bersih-bersih untuk jalan lahir baby Alya nanti. Dari GBS disiapkan sarapan nasi kuning, tapi tak bisa saya makan padahal naskun emang favorit buat sarapan. Rasanya ingin muntah. Kala itu saya sempat menangis, rasanya campur aduk, pengen suami tapi jauh, sakit iya tapi seharusnya dinikmati, mencoba memeluk mama tapi kok mama awkward gitu. Aduh, entahlah rasanya kok beraaaaat banget. Konsentrasi agak goyah kala itu, tapi masih diusahakan untuk tetap tersenyum. Rencananya pagi itu mau disiapkan untuk berendam air hangat ditetesin essential oil lavender, udah bayangin donk, pasti enaaaaak. Etapi tiba-tiba rok basah! Mama langsung panik. Padahal kan uda di tempat bidan yaaa, gaperlu panik ma. Hehe

                Dengan sigap saya dibawa ke ruang suci, yaitu ruang persalinan. Di VT lagi untuk kali kedua, Alhamdulillah, sudah bukaan 6. Perjuangan masih berlanjut. Tangan Bidan Putri digenggam sekuat hati ketika gelombang cinta datang, nafas dipandu Bidan Putri. Bahkan saya sempet bilang “pandu aku nafas mbaaa” sambil meringis. Awal-awal masih bisa focus, masih bisa disugesti. Gelombang cinta = nafas. Pokoknya nafas aja. Tapiiiiiii, ketika semuanya buyar, maka hebohlah Batakan. Hahaha I screamed. Yes, saya teriak. Saya malu mengakuinya, tapi itulah kenyataannya. Belum lagi ga bisa ditahan ngeden padahal dari awal afirmasinya lahiran gamau ngeden, mau nafas aja. Huhu. Musnah sudah cita-citaku. Tapi, dibalik kehebohan satu itu, saya acungi jempol tim Griya Bunda Sehat yang tetap sabar dan bahkan ketawa kalo saya teriak dan nangis. Kok bisa sih heboh dan buyar konsentrasi? Saya masih kepikiran suami. Tapi anehnya kok pada ga kepikiran buat telpon atau video call suami ya waktu itu? Pdahal boleh-boleh aja loh.

                Dari awal masuk ruang suci sampai akhirnya lahir, semua pergerakan yang bisa membantu penurunan kepala saya lakukan, saya usahakan semampu saya. Nungging, berdiri, jongkok, rebozzo, miring ke kiri, berulang-ulang. Saya masih manut ama bidan, walaupun ada momennya fikiran saya kemana-mana ga focus gitu. Hiks. Selama proses persalinan, Bidan Neny juga membantu compress jalan lahir dengan air hangat untuk mengurangi trauma perineum. Selama proses juga, saya mencoba mengunyah kurma, tapi ga begitu bias nelen. Kalo minum air, banyaaak banget, haus terus rasanya. Exhausted. Gara-gara konser itu kayaknya, hehe. 

                Akhirnya, setelah hamper 4 jam, saya bisa lihat ubun-ubun Alya yang rambutnya MasyaAllah lebatnya lewat foto dan tangan saya menyentuh ubun-ubunnya itu sewaktu udah crowning. Dan hal yang paling gokil dari segala drama hari itu adalah, Alya meluncur dengan jayanya disertakan batuk saja. Ondeh mandeh, terus ngapain emakmu ini ngeden meluu dari tadi? Hahahaha. Alya Aruna Nadira, meluncur saja langsung konser. Mungkin mau menyaingi emaknya barusan. Lahirnya dibantu bidan praktisi gentle birth, lahirnya nyaman tanpa intervensi, InsyaAllah lahirnya minim trauma (walaupun emak konser, mudah-mudahan Alya baik-baik aja nak ya :”)). Mudah-mudahan ya anakku sayang. By the way, begitu si cantik ini selamat meluncur, udah ga ngerasa lagi emaknya yang namanya sakit, hilang semuanya terbayar dengan memeluk anak yang dinanti selama ini. Alhamdulillah ya nak, rasanya bahagia sekali. Setelah 1 jam Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan proses menjahit selesai (perineum tak tak begitu utuh. Hehe) Alya dibersihkan dan dipakaikan baju. Saya meminta untuk tali pusarnya dibakar untuk mempermudah perawatannya nanti sebelum puput. Setelah itu, Alya ditarih di samping saya dan saya mencoba menyusui. Dihisap, beneran dihisap sama Alya, Alhamdulillah anak pintar. Mudah-mudah ASI segera ngucur. 

                Sejak saat itu, jiwa raga ini rasanya menjadi sesuatu yang baru. Dari seorang istri kemudian menjadi ibu. Dipanggil MAMA sama anak cantik kesayangan kami. Punya tanggungjawab baru. Punya kegiatan baru. Rasanya seperti terlahir kembali, menjadi insan serba baru yang InsyaAllah mudah-mudahan lebih baik lagi. 




Duhai anakku Alya Aruna Nadira kecintaanku, bertumbuhlah sayang
Jadilah anak yang sehat, kuat, pintar dan solehah
Jadilah apapun yang kau inginkan
Cintailah ilmu, mama percaya hanya itu yang bisa membawamu kemana saja kau mau
Mama & Papa selalu cinta padamu


                Kepada tim Griya Bunda Sehat, Mb Neny, Mb Putri, Mb Arkas, Mb Rahma, Mb Nila terima kasih banyak sudah membantu proses persalinan saya dengan kesabaran tingkat tinggi, dengan senyuman yang tak berhenti. Terima kasih untuk ilmu di kelas hypnobirthing dan prenatal yoga. Terima kasih juga keluarga besar Gentle Birth Balikpapan yang selalu on dengan energy positifnya. InsyaAllah nanti akan ada post khusus untuk berbagi tentang persiapan melahirkan, mudah-mudahan rajin :D