Friday 10 July 2015

Hutang?



Assalamualaikum, good people! :)

Image from here

“Kakak jangan berhutang atau pakai kartu kredit ya, kalaupun mau ngutang yang gede kayak KPR untuk beli rumah atau kredit mobil ga apa-apa”

                Begitulah kira-kira pesan sang ayah tercinta untuk saya di saat sudah mulai bisa mendapatkan penghasilan sendiri. Memang iya, yang namanya hutang itu adalah mimpi buruk untuk semua orang. Makan tak kenyang, tidur tak lena, hanya gara-gara hutang. Ada berbagai jenis hutang, mulai dari yang sekecil di warung untuk belanja kebutuhan dapur, cicilan panic atau barang pecah belah (biasanya ibu-ibu), hutang cicilan motor, mobil, rumah dan yang paling biasa adalah hutang kartu kredit. Memang sih namanya nyicil, bayar sedikit-sedikit, tapi kan akhirnya itu adalah hutang yang wajib dibayar. 

                Ada sebagian masyarakat yang menjadikan nyicil alias berhutang sebagai solusi mudah untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Misalnya, kepengen beli motor baru tapi uang cash belum cukup untuk beli tunai, yaudah langsung deh ngisi aplikasi kredit cicilan dengan sekian persen untuk sekian waktu dan dibayarlah perbulan. Sisi baiknya ya, kita bisa dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan kita dan bisa dibayar perbulan sampai beberapa bulan kedepan sehingga lunas. 

                Namun begitu, ada pula sebagian masyarakat yang berhutang untuk sesuatu yang bukanlah menjadi kebutuhan, melainkan keinginan, demi gengsi semata. Misalnya pengen beli sofa baru, padahal kondisi sofa yang ada masih oke dan bisa di polish kembali, tapi karena pengen yang baru dan mau lebaran, langsung diputuskan untuk nyicil aja deh di toko furniture atau bayarnya pakai kartu kredit. Alhamdulillah kalau cicilan perbulannya tidak memberatkan pengeluaran untuk kebutuhan keluarga, tapi gimana kalau misalnya sampai tertunggak gara-gara penghasilan hanya pas banget untuk kebutuhan bulanan? 

                Lain lagi dengan isu gali lobang tutup lobang gara-gara hutang. Saya pernah diminta untuk meminjamkan uang sekian Rupiah oleh seorang teman untuk membayar hutangnya. Benar-benar bukan solusi dan malah menciptakan masalah baru. Meminjam uang untuk membayar hutang hanya menciptakan hutang baru dan lingkaran hutang yang ada padanya takkan pernah selesai. 

                Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari dari terjepit permasalahn hutang yang kecil-kecil lama-lama menjadi bukit ini? Menurut saya, sebaiknya kita berfikir sebelum bertindak. Contohnya, kita ingin sekali beli handphone baru, karena handphone yang ada sekarang sudah tua dan mulai rusak. Tapi, ketika kita check tabungan, jumlahnya belum cukup buat beli handphone baru. Mending, kita nabung dulu aja sampai beberapa bulan kedepan, sampai uangnya cukup dan ketika sudah terkumpul, handphone yang kita inginkan bisa kita beli tunai. Jujur saja, itulah yang saya lakukan untuk mengisi rumah dengan barang-barang yang dibutuhkan. Harus siap menahan diri tinggal di rumah yang apa adanya sambil meabung untuk membeli kebutuhannya. Allhamdulillah, pelan-pelan rumah sudah terisi dan barang-barangnya dibeli tunai. 

                Kedua, kita bisa menghindari hutang dengan tidak memiliki kartu kredit. Jujur saja, saya dan suami sudah bekerja selama hampir 3 tahun dan kami memang tidak memiliki kartu kredit sama sekali. Karena kami takut tidak bisa mengontrol diri ketika sudah memiliki kartu ajaib itu, maka kami putuskan untuk tidak memilikinya. Dan sebagai solusi pembayaran cashless, kami biasanya memakai kartu debit ketika berbelanja. Namun jika sudah memiliki kartu kredit, ada baiknya digunakan untuk kebutuhan vital dan membayar cicilannya setiap bulan alias tidak menunggak dan lunas tepat waktu.

                Mudah-mudahan postingan ini bermanfaat agar kita bisa hidup lebih baik lagi dan terhindar dari hutang yang mencekik, apalagi dengan kondisi ekonomi yang kian parah seperti sekarang. Have a nice day! :)

-MS-

1 comment:

  1. Halo mba. Salam kenal saya asli balikpapan nih. Banyak yg ingin saya tanyakan. Email mungkin? Trims

    ReplyDelete