Sunday 24 April 2016

Cerita Kehamilan : Trying to Conceive (Mencoba untuk Hamil)



Image from here


Assalamualaikum, hello my blogworld! Rasanya cukup lama sekali saya membiarkan blog ini sepi dengan tulisan (curhatan) baru. Hehe maafkanlah diri yang sok sibuk ini :”)

                Alhamdulillah, akhirnya masih diberi kesempatan bernafas di tahun yang baru, tahun 2016. 2015, nothing special happens. Semacam lost goal-post marriage syndrome. Bawaannya pengen di rumah aja, leyeh-leyeh bahkan mikir untuk ga kerja lagi. As in, berbakti buat suami dan (calon) anak-anak, seperti tipe ibu/istri ideal yang sering dieperdebatkan di social media. But yeah, I did some self-reflection and I think, 2016 will be a new year with major changes. Maybe I will share later about that. ;)

                Back to the main topic, trying to conceive. Biasanya suka dibikin hashtag #TTC di kalangan para wanita yang sedang berjuang hamil dan sharing di sosmed mereka. So, saya dan Bapak Negara sudah menikah genap 1 tahun pada 13 Desember 2015 yang lalu. Dan selama perjalanan setahun itu juga kami ditonjok dengan pertanyaan, “KAPAN HAMIL?”. Awalnya gemes, sebel. Tapi lama-lama jadi terbiasa dan enjoy ajah. Toh hidup kita, bukan hidupnya mereka. Mereka tau apa tentang kita? Sesuai perencanaan awal dan pastinya takdir Tuhan, kita berdua setuju setahun pertama berdua dulu. Jadilah setelah anniversary kita mulai mikir untuk punya momongan. Tepatnya sekitar awal Januari 2016. 


                What we do? Of course berhubungan suami istri. HAHAHAHA. Emangnya sebelumnya ga berhubungan? Well, should I explain? HAHA. Jadi gini, saya ini termasuk wanita beruntung dengan haid teratur dan cycle yang sangat lancer. Maka dari itu, setiap kali Bapak Negara pulang dari lokasi, saya lagi tanggal merah atau melewati masa subur. Lagipun, dua-dua nya sibuk kerja, agak kurang fit dan makan sembarangan juga sih. So, a lot of factors that may lead to the unsuccessful baby making. :)
 
                Terus, dikarenakan Bapak Negara udah dapat jackpot dari Si Biru, jadikan beliau sekarang udah jadi stay at home husband. Naah, sesuai banget kan kalo mau baby making project. HAHAHAHAHA. Tapi, kita masih belum yakin dari sisi kesiapan tubuh calon ibu, yaitu tubuh saya. Will I be ready for pregnancy? Am I having a good womb position? Is the quality of the eggs that Im producing is excellent for baby making?
 
                Daripada galau baca-baca di google dan buku, mending langsung aja ke spesialisnya. Jadi, kita memutuskan untuk periksa ke dokter spesialis kandungan. Pada tanggal 18 Januari 2016 yang lalu, saya dan Bapak Negara memeriksakan diri di Siloam Hospitas Balikpapan dengan dr. AP. Kenapa dokter tersebut yang dipilih? Karna saya dan Bapak Negara prefer dokter cewe. Katanya temen-temen sih biasa aja kalo cek kehamilan sama dokter cowo, tapi kan ya saya ngerasa gimanaaa gitu. Pas udah ketemu dokternya, pertanyaan pertama yang ditanyakan adalah “sudah berapa lama menikah?” “selama menikah apakah pernah tinggal berjauhan?”. Hmmm ya gitu deeeeh. Setahun menikah dengan durasi ketemu sekitar 6 bulan dengan kondisi tanggal merah atau lewat masa subur. :D 

                Kata dokternya, tenang aja. Nanti kita periksakan, buat tau calon ibu dan ayah ini sehat atau ga dari sisi medis. Setelah bercerita panjang lebar tentang pengalamannya menjadi dokter di daerah-daerah di Kaltim, akhirnya saya dibawa ke ruangan periksa untuk USG. Tujuan USG ini untuk melihat posisi Rahim saya. Awalnya USG abdominal aja. Nah, dikarenakan saya ini ga minum sebelum periksa, jadi rahimnya ga kelihatan deh. Dan disarankan untuk USG transvaginal. Alhamdulillah, keliahatan deh rahim saya posisinya di depan dan dokter juga tunjukin ovarium kanan dan ovarium kiri. Pas di ovarium kiri itu semacam ada folikel gitu, kata dokter lagi masa subur sih. Kemungkinan itu sel telurnya udah mau dilepas. Overall, saya dinyatakan sehat dan rahim tidak bermasalah. Ahamdulillah. Lalu dokter memberikan resep obat Folavit 100mcg dan Santa E sebagai nutrisi persiapan hamil dan meningkatkan kesuburan. Dan juga ngasih surat pengantar untuk test TORCH dan analisa sperma (kita yang request sih). 

                Dan akhirnya tibalah saat untuk membayar. Karena awalnya daftar pake asuransi, kita kan PD aja tuh bakalan dibayarin. Ternyataaaaaaa, asuransi tidak menanggung sebarang bentuk usaha untuk hamil. Walaupun hanya periksa kesuburan aja. Baru tau deh. Huhu. Jadilah kita bayar sendiri total biaya pemeriksaan kemaren itu, sejumlah IDR 520.286. Hiks, berat sih. Tapi kan demi masa depan kita bersama, yowes deh ikhlas aja. :”)

                Setelah pulang dari dokter, apa yang terjadi? Saya rajin konsumsi vitamin yang dikasih, makan sayur yang banyak, terutama taugeh dan rajin-rajin ama suami. Hehehehe. Lalu, sekitar 2 minggu kemudian, miracle happens :)

-will be continued in next post- 


-MS-

2 comments: