Alhamdulillah,
sebulan terlewati dengan suka dan duka. Yang penting kami sama-sama belajar
bagaimana hidup berdua dan berusaha melakukan yang terbaik untuk keluarga kecil
kami. Salah satu hal yang kami pelajari setelah sebulan hidup berdua, adalah
cara mengatur uang. Sebelum menikah, kami memiliki tabungan bersama yang khusus
digunakan untuk biaya pernikahan, membeli moda transportasi (Alhamdulillah, akhirnya
punya si imut Scoopy J)
dan InsyaAllah untuk membeli rumah. Setelah menikah, tabungan tersebut masih
ada dan program tabungan kami masih berlanjut. Pengantin baru itu tidak hanya
mikirin tabungan loh ya, kudu juga mengatur aliran dana supaya tidak macet
sebelum gajian berikutnya. Berikut usaha kami dalam mengatur keuangan. Enjoy!
;)
Alokasi Dana Setiap Gajian
Menurut
buku yang berjudul ‘Habiskan Saja Gajimu’ hasil karya Bapak Ahmad Gozali, hal
pertama yang dilakukan pada setiap gajian adalah melakukan alokasi dana.
Biasanya, aliran dana ‘orang miskin’, hal penting seperti tabungan diletakkan
sebagai alokasi terakhir. Namun sebaliknya bagi aliran dana ‘orang kaya’,
tabungan dan hal-hal wajib seperti zakat dan sedeqah diletakkan di point nomer
satu. Kenapa? Karena jika tabungan mendapat porsi terakhir dari jumlah gaji
yang diterima, yakinlah bahwa uang yang akan ditabungkan itu akan sangat
sedikit jumlahnya atau mungkin kita tidak akan punya tabungan sama sekali. Hal
itulah yang saya terapkan sejak single dan sampailah berumah tangga. Contoh
alokasi dana itu bisa dibuat seperti ini :
Tabungan = 50%Zakat + sedeqah = 2.5% + 7.5% (jumlah sedeqah ini sekedar contoh ya)Kebutuhan dapur = 10%Biaya kebutuhan personal suami & istri = 20% (masing-masing 10%)Mengirim orang tua = 10%
Contohnya lebih
kurang begitu, kalau mau lebih baca bukunya untuk tau lebih detail bisa cari di
took buku terdekat atau yang di Balikpapan boleh pinjam sama saya. :)
Disiplin Dengan Alokasi Dana yang Sudah Dibuat
Nah,
setelah membuat alokasi dana seperti yang dicontohkan diatas, maka kita sebagai
individu yang punya banyak keinginan ini itu semua yang lucu mau dibeli, kudu
disiplin sama alokasi dana tersebut. Contoh yang paling susah untuk disiplin
adalah dana kebutuhan pribadi. Dana pribadi ini adalah dana yang bisa kita (para
wanita) manfaatkan untuk memanjakan diri di salon atau belanja di mall (dan
online shop). Jadi, kalau misalnya ada alokasi dana 1 juta Rupiah, maka kita
harus enjoy dengan dana sebesar itu. Terserah mau diapakan, yang penting cukup
1 juta Rupiah aja setiap bulannya. Awalnya memang sulit, apalagi biaya
perawatan di salon yang tidak bisa dibilang murah, tapi, kalau kita berusaha
pasti akan dikasih jalan mulus sama Allah. Hehe. Semisalnya dana pribadi udah
abis, tapi kita masih pengen beli baju lucuk dari took online Instagram, HARAM
untuk kita comot dana dari alokasi yang lain. TIDAK BOLEH. Bisa kebayang kan
akibatnya kalau kita comot dana dari alokasi yang lain? Kalau dana kayak
kebutuhan dapur sih, so far so good. Alhamdulillah, dari single sampai menikah
dana nya pasti cukup dan kadang berlebih setiap bulannya.
Do it Yourself (DIY)
Nah,
untuk point ke-3 ini, saya menyarankan untuk melakukan hal-hal yang selayaknya
pasangan suami istri bisa lakukan sendiri di rumah. Contohnya, masak sendiri
lebih baik daripada beli makanan di warung. Biasanya pasangan pengantin baru
lagi manis-manisnya hidup dan ada kemungkinan sang suami tidak masalah jika
istri tidak masak karna bisa beli di luar. Namun, alangkah baiknya, jika
memiliki dapur serta perlengkapan yang memadai, sebaiknya makanan dimasak
sendiri. Bahkan bisa bawa bekal dari rumah jika sang istri berkesempatan
memasak di pagi hari. Selain itu, jika ada masalah pertukangan yang dibutuhkan
misalnya genteng bocor (just in case), bisa saja sang suami sendiri yang
memperbaiki atap tersebut. Kan lebih hemat daripada manggil tukang untuk
sekedar benerin genteng? Menurut saya, untuk hal DIY ini, sangat bermanfaat
untuk mengemat pengeluaran. Saya sudah mengalami seminggu pertama di rumah
tanpa memiliki LPG (kebetulan rumah baru punya kompor dan LPG lagi langka),
jadi kami beli makanan untuk sarapan, makan siang dan malam. Jumlah yang
dikeluarkan untuk seminggu itu hampir sama dengan 3 minggu saya masak sendiri. So
ladies, mari belajar masak biar suami betah makan di rumah dan keluarga +
keuangan keluarga sehat selalu! Hehe
Image from here |
Jangan Berhutang Bila Tidak Perlu
Image from here |
Kalau dilihat
lagi contoh alokasi dana yang saya buat diatas, tidak ada alokasi untuk cicilan
hutang. Yup, Alhamdulillah, kami berdua tidak punya kartu magic alias kartu
hutang alias kartu kredit. Bapak Negara sih punya, dulu waktu beliau school di
Amrik, tapi cuma buat school aja dan ga bisa dipakai di Indonesia. Sebenarnya,
ga salah sih kalau punya kartu kredit, cuma mindset ketika memiliki kartu
kredit itu yang harus di setting dulu. Misalnya, shopping kebutuhan dapur di
supermarket tertentu dan bayar pakai kartu kredit dari bank yang kerjasama
dengan supermarketnya biasanya ada diskon. Itu benar, dan bagus sekali. Yang
salah adalah, pada saat membayar tagihan bulanan tidak dilunasi sekaligus. Ditumpuk-tumpuk
karena iming-iming bunga cicilan 0% untuk sekian bulan. Memang tidak terasa
jika dilunasi sedikit demi sedikit, tapi akan sangat-sangat mengganggu aliran
dana bulan berikutnya karena masih ada hutang yang seharusnya udah lunas tapi
tak kunjung selesai. Berhutang untuk beli rumah melalui KPR, itu sangat
disarankan kalau belum punya cash yang cukup. Kalau KTA (Kredit Tanpa Agunan)
saya kurang paham, tapi kalau ga penting mending jangan dulu ya!
So,
itulah kiat-kiat yang saya dan Bapak Negara terapkan dalam mengatur keuangan
kami setiap hari. Mungkin masih banyak kekurang disana sini, semoga kami bisa
mengaturnya dengan lebih baik lagi. Jika ada saran dan pengalaman dalam
mengatur keuangan yang lebih baik lagi, monggo di-share. Semoga tulisan ini
bermanfaat buat kita semua. Selamat weekend, teman! :)
-MS-
hmmm, klat-klat yang menginspirasi.
ReplyDeletesukses selalu ya! :)
ngomong-ngomong, followback blog saya dong :)
Deletehehehe