Assalamualaikum, good people! :)
Sebagai
pasangan muda yang baru menikah dan baru bekerja sekitar 2 tahun-an,
sejujurnya, kami belum mampu untuk membeli rumah dengan tunai. Bukan hanya kami
saja, pasti masih banyak lagi pengantin baru atau lama yang kesulitan dalam
membeli rumah secara tunai. Maka dengan itu, terciptalah program Kredit
Pemilikan Rumah yang ditawarkan oleh pihak bank kepada nasabah baik itu dari
bank konvensional (BNI, BTN, Mandiri, BRI, CIMB Niaga dll) maupun bank Syariah
(BNI Syariah, BTN Syariah, Mandiri Syariah, Muamalat dll). Untuk mengetahui
perbandingan tentang kedua pilihan KPR tersebut, bolehlah mampir di website ini
duwitmu.com, lengkap dan jelas
informasinya. Kalau postingan saya
ini, saya mau share pengalaman mencari
dan memilih di antara keduanya. Hehe
Image from here |
Sekitar
bulan Oktober tahun lalu, saya pernah mengunjungi Bank BTN untuk pengajuan KPR
rumah Lamaru (kontrakan saya saat ini). Pertama kali datang dengan Bapak Negara
untuk tanya-tanya persyaratan dan berkas yang dibutuhkan. Seterusnya, saya
sendiri yang mengurus, maklum, Bapak Negara kan cibuk. :p Sebenarnya, kenapa
BTN? Ya karena gossip yang bertebaran
di sejagat raya Google menyatakan
bahwa BTN ini bank sejuta umat dan aplikasi KPR disana hampir semuanya
mulus-mulus aja. Secara kita ini kurang pengalaman hal beginian, yasudah,
dicoba aja deh. Pada saat mengisi formulir dan wawancara, marketingnya BTN
menjelaskan bahwa hanya 1 tahun pertama aja cicilan kita flat, alias sama aja
selama 12 bulan, 9 tahun berikutnya (kita ambil 10 tahun) adalah floating alias mengikuti suku bunga
pasar. Kalau suku bunga meningkat, berarti cicilan kita juga naik. Katanya
lagi, worst case scenario bisa naik
sampai 15% suku bunganya, dan cicilan kita yang awalnya 6juta-an bisa jadi
8juta-an. Ngeri kan? Banget. Akhirnya, kita pending dulu aplikasinya. Bapak
Negara mau mempelajari secara details system KPR yang dianut bank konvensional.
Makanya si rumah itu yang awalnya mau dibeli, disewa dulu.
Kemudian
setelah menikah, kita langsung mengurus KPR lagi. Kali ini kita mencoba di Bank
Muamalat dengan promo di websitenya pendanaan bisa sampai dengan 90% dari harga
jual dan margin rendah. Berdasarkan penjelasan dari marketingnya, sistem yang
dianut oleh Muamalat adalah sewa-menyewa atau bahasa arabnya musyarakah mutanasiqah. Sebenarnya ada
juga akad murabahah atau jual beli,
tapi entah kenapa untuk kami ditawarkan musyarakah
mutanasiqah. Sedikit tambahan, akad musyarakah mutanasiqah ini akan di review per 2 tahun, jika ada perkiraan
kenaikan harga rumah setelah 2 tahun maka nasabah harus membayar harga ‘sewa’
yang tapi saya lupa kenaikan itu bakal berdampak terhadap akumulasi pokok,
margin atau jumlah bulan cicilan atau tidak. Menurut marketingnya, hal tersebut
jarang sekali terjadi dan kalaupun terjadi, kenaikannya tidak sedrastis bank
konvensional, hanya beberapa ratus ribu saja. Tapi, kalau 999ribu rupiah ya
tetap besar kan yah. Hehe :p In the end,
we cancelled our KPR application at Muamalat. Simple aja, karena plafon KPR nya jauh banget dari harga penjual,
turun 150juta. Udah ga bisa dibantu lagi. Hiks :(
Next is BTN Syariah yang udah kerjasama
dengan developer The Manggar Residence.
Karena tekad sudah bulat untuk beli rumah sekarang dan rumahnya itu di The Manggar Residence, maka kami
berjuang abis-abisan deh sama BTN Syariah ini. *lebay -_- Ga ribet sih di BTN
Syariah ini, cuma yang bikin sebel itu menunggu hasil appraisal aja. Huhu. Sistem yang dianut BTN Syariah adalah murabahah yaitu jual beli dengan kondisi
cicilan nasabah flat dari awal sampai lunas. Pada cicilannya ada porsi hutang
pokok + margin yang mana pada tahun-tahun awal margin besar, pokok kecil dan
akan berganti posisi setelah cicilan berlangsung lama. Untuk proses pelunasan
sebagian atau total, di BTN Syariah ada syaratnya. Jika dalam tempoh 12 bulan
pertama nasabah ingin melakukan pelunasan sebagian, maka jumlah yang dibayarkan
adalah jumlah pokok yang ingin dibayarkan + 4 ½ kali margin. Dan jika sudah
lewat tempoh 12 bulan pertama nasabah ingin melakukan pelunasan sebagian atau
total, maka jumalah yang dibayar adalah jumlah pokok yang ingin dibayarkan + 1
kali margin . Pelunasan sebagian atau penuh bisa dilakukan sebanyak 3 kali
selama tempoh cicilan berlangsung. Begitulah proses KPR kami yang akhirnya
di-approve juga di BTN Syariah.
Ketika
menunggu approval BTN Syariah yang
lama itu, kami sempat mengajukan ke Mandiri, atas bujuk rayu kata-kata manis developer The Manggar Residence. Kata
Bapak Negara “Yasudahlah Ma, kita coba
dulu aja deh, daripada menunggu gajelas gini”. Okey, akhirnya sayapun
mengajukan aplikasi KPR ke Mandiri. Kali ini berbeda banget, marketingnya yang ke kantor, bawain form
dan saya tinggal complete-in sambil
dengar penjelasan beliau tentang kelebihan KPR Mandiri. Nah, kebetulan waktu itu
masih akhir Februari dan promo Imlek Mandiri masih berlaku. Apa promonya?
Cicilan fix 5 tahun dengan suku bunga 10.25%. Saya jadi tertarik deh, karena
flatnya lama gitu. Hehe. Setelah berhitung-hitung, maka diputuskan saya ambil 8
tahun aja cicilannya. Selesai submit form, langsung deh diskusi sama Bapak
Negara yang kebetulan pulang dari Badak di hari itu. Melalui perhitungan yang
kami buat, dengan cicilan 5 tahun flat, maka setelah masa flat berakhir kami
mau melakukan pelunasan penuh untuk sisa pokok. Lumayan, sisa pokoknya masih
200-an juta lagi. Dalam 5 tahun, bisalah ya ngumpulinnya. Hehe :D
Terus
kita galau, galau kalau semisalnya dua-duanya lolos terus mau pilih yang mana? Huhu.
Jadilah saya dan Bapak Negara berhitung-hitung, menimbang-nimbang baik dan
buruknya antara BTN Syariah atau Mandiri. Untuk jumlah cicilan per bulannya
sih, keduanya tidak jauh berbeda. Untuk jumlah tahun, BTN Syariah jangka
waktunya 10 tahun manakala Mandiri 8 tahun. Kemudian, cicilan di BTN Syariah
flat selama 120 bulan dan di Mandiri flat 60 bulan dan sisa 36 bulannya akan
floating. Namun begitu, kita bertekad untuk melunasi sisa pokok 36 bulan
tersebut setelah masa flat berakhir. Rencananya loh yah, kan Tuhan Maha Kaya. :) Namun begitu, kembali
kita berfikir realistis, dalam waktu 5 tahun kedepan, InsyaAllah udah nambah
anggota, pasti udah ada setidaknya 2 krucil. Hehe. Pasti udah persiapan beli
mobil juga, mudah-mudahan bisa cash.
AAMIIN. Yang jelas sih kebutuhan akan meningkat dan kondisi ekonomi keluarga
belum bisa kita prediksi. Jadi, kemungkinan melakukan pelunasan penuh itupun ya
masih di tahap kemungkinan. Terus, kita jadi mikir, kalau semisalnya kita belum
siap untuk pelunasan, terus kita akan terjebak dengan bunga floating. Cicilan
kita automatis bisa meroket donk? Oh NO! :(
Waktu
itu sih udah pasrah aja deh, KPR yang mana aja yang goal deh, biar cepat rumahnya bisa kita tempatin. Huhu. Nah, ketika
kegalauan tingkat tinggi itu melanda, ada secercah harapan dari BTN Syariah.
Alhamdulillah, KPR kita disetujui pihak bank walaupun turun plafon 32juta. Tidak
apa-apa, InsyaAllah kita bisa melunasi sisa DP tersebut. Setelah
berhitung-hitung lagi untuk yang kesekian kalinya, ternyata memang benar ya, kita
bayar kembali pinjaman ke bank itu ya mahal sekali. Hiks L Tapi yasudahlah, mau
gimana lagi, masa mau pinjam sama Bank Orang Tua? Ga mungkin kaaaan? Hehe :p Finally, we decided to go with BTN
Syariah. Why? Simple aja. Ya karena
cicilannya flat sampai lunas dan
kalaupun kita pelunasan sebagian atau total penaltinya ga sampai harus ngebayar
semua marginnya (bunga). Mandiri itu juga enak sih sebenarnya, tapi kita
khawatir kalau setelah 5 tahun flat itu, ekonomi kita ternyata ga bisa lunasin
sisa pokok terus cicilan naik, ya kita stress donk nanti. Hiks L Dan sebenarnya kita
udah desperate banget biar cepat aja
selesai KPR jadi kan si developernya
juga bisa kebutin apa yang kurang untuk pembangunan rumahnya (tinggal instalasi
listrik, sih) kalau mereka udah terima uang dari bank. Rumah cepat selesai,
bisa kami tempatin walaupun harus sabar dulu kalau rumahnya masih kosong dan
kami ga perlu ga enak lagi sama pemilik rumah kontrakan yang kami mundurin
terus pindahannya.
Jadi,
kira-kira begitulah kisah kami dalam memilih KPR. Sebenarnya sih, mau
konvensional atau syariah ya balik lagi ke diri masing-masing. Mengukur
kemampuan ekonomi, kenyamanan dalam bertransaksi dan yang penting happy! Hehe.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk teman-teman yang ingin membeli rumah
melalui KPR. Have a nice day! :)
-MS-
Wow.. Belom pernah terpikirkan loh Mbak, sama aku. Apalagi karena aku barusan wisuda. Tapi menarik nih, bisa nambah ilmu. Selama ini taunya banyak yang KPR trus mulus-mulus aja, ternyata banyak yang harus dipikirkan jugak yah :D
ReplyDeleteRischka : Wah fresh grad nih.. Semoga dgn postingan ini bisa membantu persiapan masa depan yaaa.. hihi :D
DeleteWah Icha mandiri banget skrg ya... kayaknya lebih dipikirkan lagi kalo 2krucil nya udh sekolah hihii..
ReplyDeletetp ya tergantung Rezeki dari Allah skrg, tb2 dapet durian runtuh eh maksudnya ketiban rezeki lainnya kan bs2 2thn bisa lunas :D semangat caa ^^
Dwiiii ^^
DeleteAlhamdulillah, sekarang kudu wajib mandiri karna udah tuir...wkwkkwkw :p
Semoga dikasih rezeki yg lancar sama Allah untuk melunasi utang cicilan rumah ini... AAMIIN :)
Dear Mba Malisa, ternyata kita punya pikiran yang sama mba. Kemaren sebelum memutuskan ambil KPR Syariah, saya juga sempat galau, mau Syariah apa Konven, sampe saya bikin simulasi pake excel segala.. hahaha..
ReplyDeleteKalo kata orang jawa, kalo mau "ayem" ya pake Syariah aja, kenapa? Karena besarnya cicilan tiap bulan kita udah tau berapa-berapanya, sampai lunas. Sedangkan untuk Konvensional, di awalnya (masa promo, biasanya 1 tahun atau 2 tahun, bisa sampai 5 tahun, tergantung bank pilihan) emang flat, dan itu bunganya emang kecil banget, jika dibandingkan tahun-tahun awal antara Syariah vs Konvensional, emang lebih murah yang Konvensional, tapi pas masa promo Konvensionalnya berakhir, jreeeeenggg... bisa-bisa langsung naik 4 %. (bentar, shock.. *nelen ludah)
Belajar dari pengalaman temen dan sodara yang udah pake KPR Konvensional emang bener kok begitu, pada saat masa flatnya berakhir (kebetulan masa flat-nya 12 bulan aja), bulan ke 13 langsung naik lumayan drastis.
Contoh :temen, sebut saja Mawar, tahun pertama cicilannya 700.000, bulan ke 13 langsung jadi 1.100.000.. gila kan? berapa % naiknya gak tau ya, yg jelas cicilannya dari segitu jadi segitu.
Contoh lagi, sepupu juga belum lama ambil rumah, KPR Konvensional, flat 1 tahun, bunga promo 9% (katanyaaaa).. cicilan 12 bulan pertama : 2.300.000, memasuki bulan ke 13 : 2.700.000. naiknya berapa % ya? pokoknya harga rumah 330 juta, DP 90 juta. berapa tuh?
Melihat fenomena, fakta, dan kenyataan di atas, maka saya memutuskan untuk pilih Syariah aja lah, karena itu tadi, kita udah tau pasti berapa-berapa besarnya cicilan sampe lunas, kebetulan saya pilih yang Multiple Step Margin.
Kalo buat saya, kayaknya ngeri-ngeri juga kalo kita belum tau nanti tahun depan cicilannya bakal jadi berapa, sukur-sukur kalo turun, lah kalo naik? sementara gaji dari kantor naiknya belum tau berapa, anak udah mulai gede, belom kalo punya anak lagi, butuh beli mobil, biaya hidup makin tinggi, tiket mudik mahal, nah lo.. siap pake Konvensional? kalo siap sih gpp, toh masing-masing orang pasti kondisinya berbeda, pertimbangannya berbeda.
Salam super.
terima kasih sharingnya, maaf baru sadar kalau ada yg komen. lama ga cek blog sendiri T_T
Deletemudah2an lancar rezekinya sampai lunas ya. AAMIIN :)
wah salah nulis nama. Maaf, Ralat. Dear Mba Malisa.
ReplyDeleteTerima kasih atas infonya...
ReplyDeleteSangat bermanfaat artikelnya...
sama2, semoga bermanfaat :)
DeleteBrp lama proses kpr di btn syariah itu bu?
ReplyDeleteSy jg lagi nunggu udah 3 mgu sejak interview blm ada kbr, katanya krna flapon 350jt harus nunggu approval dari pusat dulu.
saya kemaren sekitar 2 mingguan kalau ga salah mb *super telat balasnya T_T
DeleteSuka banget sama artiikelnya. Terimakasih mbak...
ReplyDeletesama2, semoga bermanfaat :)
Deleteketemu masalah yg sama,semoga 3x angsuran ekstra bisa langsung lunas..aamiin
ReplyDeleteAAMIIN :)
Deleteketemu masalah yg sama,semoga 3x angsuran ekstra bisa langsung lunas..aamiin
ReplyDeleteHi Mba Malisa, artikelnya bermanfaat buat kita yang lagi galau cr KPR Rumah, Mba mau tanya, selama proses cicilan, apakah pernah melakukan angsuran extra? apakah angsuran extra tersebut mengurangi pinjaman pokok kita? dan untuk kedepannya perhitungan margin akan menyesuaikan dengan pinjaman pokok yang baru?
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete