Buat
pasangan yang baru menikah, pasti akan sering dihujani pertanyaan-pertanyaan
seperti “Udah isi?”, “Kapan mau punya
momongan?”, “Kayaknya nikah udah lama, kok belum goal juga?” dan banyak
lagi yang mirip-mirip seperi itu. Ternyata, banyak banget yah yang ‘peduli’
dengan hidup pribadi orang lain, sampai hal yang sangat privat seperti ini pun
sibuk ditanyain. Actually, at the
beginning honestly I feel okay about it, but as time goes on, saya pun
merasa sangat risih, sebel dan kadang stress sendiri. Wong saya dan Bapak
Negara baru nikah 4 bulan loh, EMPAT BULAN
dan kalian berekspektasi tinggi sekali untuk melihat saya hamil??? Ga
bisa ya, kalau kami ini dibiarkan dulu pacaran berdua puas-puas setahun ini? Ga
bisa ya kami hidup tenang tanpa pertanyaan ‘peduli bertopengkan nista’ kalian?
Heh? Emosi. Banget. :(
Oke,
mari tenangkan diri dan kembali waras. Ada saatnya saya cuma bisa inhale, exhale dan cengar cengir jawab
“belum, nantilah, baru juga nikah”. Dan ada saatnya kalau lagi sendiri suka
mikir-mikir sendiri, am I ready to become
a mother? Apakah saya bersedia untuk mengandung anak selama 9 bulan,
melahirkannya dan membesarkannya sebaik orang tua saya? Masalah mental sih,
tapi ya crucial banget kan. Masa lo
punya anak karena lo udah nikah, so lo kudu punya anak tanpa persiapan matang
dari segi fisik dan psikologis dan hanya mengikut cycle hidup semata. Single
– nikah – punya anak? Itu aja? Without
any other goal? Okey, mungkin another
goalnya adalah punya keturunan. Iya, saya juga mau donk punya keturunan,
tapi saya gamau hamil dalam kondisi my
mental and body is not ready.
Ga
siap? Malisa ga siap punya anak? Not now,
not this year. My body is not ready.
Kalian tau kan saya ini udah 2 kali operasi FAM DAN phyllodes, macam-macam
jenis obat udah masuk ke dalam tubuh, udah menyatu dengan darah daging ini. Dan
semuanya, adalah bermacam jenis bahan kimia yang jelas tak mungkin baik untuk
pertumbuhan janin. Emang sih, kata dokter dosisnya ga gede-gede amat dan untuk
operasi kedua pun obat-obatnya dikurangi jumlahnya, tapi tetap saja, saya
khawatir anak saya nanti akan mendapat efek buruk obat-obatan itu. Makanya,
setahun ini izinkan saya detox dulu
tubuh saya dari efek racun dan obat-obatan kimia. Setidaknya ini usaha saya
agar anak saya kelak sehat walafiat tak kurang satupun baik fisik dan
mentalnya. InsyaAllah.
Dengan
kondisi zaman sekarang yang bermacam penyakit dan virus mudah banget menyerang
manusia, saya tambah galau. Sebenarnya parno. Apalagi dengan yang namanya TOXO.
Saya belum test TORCH, untuk mengetahui kondisi tubuh saya baik-baik saja atau
tidak untuk hamil. Akan saya schedulekan
tes TORCH nanti. Sedih banget kan, kalau misalnya pengen cepat-cepat jadi ibu,
tapi ga punya edukasi tentang kehamilan yang sehat itu seperti apa. Iya kalau
anaknya sehat-sehat aja, kalau semisalnya kena infeksi sesuatu yang sebenarnya
bisa di prevent sebelumnya, akhirnya
menyesal tak sudah. I want my body to be
ready to born my child, so that’s why I want to let it be as healthy as it
could so I wont regret anything in the future.
Mental
yang belom siap? Ga juga sih. Kayaknya siap-siap aja sih untuk ngurus si baby. But then, mungkin urusan ngurus anak vs bekerja itu kali ya yang
bikin mental ini ga siap. Sekarang masih dalam dilema, banget-banget. Di satu
sisi, I really want to work, to get
promoted to the position I really wanted, to help my husband paying the bills
and increase our savings. In another side, I want to just stay at home, taking
care of our baby, taking care of my husband and maybe make money from home.
Dilema yang saya yakin, pasti dilalui hampir semua wanita karir yang bersuami. Untuk
saat ini, saya hanya mau fokus ke pekerjaan dan usaha saya untuk promosi ke
posisi yang saya impikan aja dulu. Dan yang paling penting sih, saya mau bantu
Bapak Negara untuk meningkatkan jumlah tabungan kami, unuk masa depan kami
juga. Maybe I will change my mind later,
but only God knows what is the best for me, for us, for our little family. :)
Image From Here |
Biarkanlah
kami pacaran dulu, boleh ga? Hehe. Ini sih emang sudah disetujui bersama, bahwa
setahun ini, Mama Icha kosong dulu ya rahimnya. Mama Icha dan Papa Wegi mau
pacaran berdua puas-puas dulu. Mau kerja keras mempersiapkan segala sesuatunya
buat “cahaya mata” kami nanti, mau travelling
berdua ke tempat-tempat impian kami, mau honeymoon
di rumah baru kami dan intinya ya mau hidup berdua dulu. hehe. Kami kan jadi
partner sekitar setahun aja, masih belum banyak hal yang kami lakukan berdua, so now is the time. Mau kemana-mana ga ada
yang larang, ayah mama di KL pun ga lagi khawatir anaknya seorang diri di
Balikpapan ini ga ada yang jagain, walaupun iya, 2 minggu setiap bulannya
tinggal sendiri karena Bapak Negara di Badak. Huhu.
So,
kepada teman-teman yang ‘perhatian’ banget sama Icha dan Wegi dan semua
pasangan yang baru menikah, please stop
asking the same questions on and on. Give us some space, for us to live the way
we wanted to live. And we will do the same to you. Coba kalian bayangkan
aja, kalian di posisi kami, para newlyweds
yang dihujani pertanyaan begitu. Apa perasaan kalian? You know the answer, right? Dan kalau kalian ga berhenti bertanya,
mungkin saya akan kembali bertanya dengan kalian, “kamu, kapan mau meninggal?”,
bisa ga dijawab? Dan untuk teman-teman yang sering mendoakan untuk segera punya
momongan, kami ucapkan terima kasih banyak atas doanya, semoga diijabah Allah
pada momen yang tepat. AAMIIN. :)
-MS-
In Shaa Allah saat itu akan datang, Mbak.. Dan ya, di waktu yang menurut Dia tepat.. Aamiiiin..
ReplyDeleteBanyak yang terlalu peduli, namun tak sedikit yang sekedar kepo.. Yang sabar ya, Mbak..
AAMIIN... makasih yaaa :")
Delete