Belajar Masak

Assalamualaikum, good people! :)

Naskun ala Icha 

                Sejak tinggal seorang diri di Balikpapan ini untuk mencari nafkah demi seton berlian *lebay saya menyadari bahwa skill memasak itu sangat diperlukan. Baik lelaki maupun perempuan, kalau tinggal sendirian, pasti bosan juga kan makan di warung muluk? Atau ya ga di warunglah, di resto *buat yang selalu punya extra cash :p. Jujur saja, saya tak punya skill memasak yang bisa dibilang mahir, yup saya adalah beginner cook. Jelas, saya kalah jauh sama anak-anak Master Chef Junior USA itu. Haha. Dulu, waktu masih di KL, tinggal bersama ortu, saya jarang sekali ke dapur *ngaku -_-. Ya, sok sibuk sih, sekolah. Padahal kan emang dasar males aja ke dapur. Sesekali kalau ada acara besar seperti lebaran atau makan-makan di rumah, saat itulah saya membantu Mama. Bantu apa? Ngocek bawang, ngaduk gulai, ngacau rendang. Hahahahaha

                Dan akhirnya sampai ke suatu titik dimana makan di kantin kantor ataupun warung dekat kosan menjadi suatu momen yang bikin males makan, mending puasa aja sekalian daripada harus makan makanan yang itu-itu lagi yang gajelas bikinnya dari apa yang pasti banyak micinnya. Hiks Sayapun memberanikan diri mencoba memasak. Autodidak, bisa dibilang begitu. Awalnya ya yang sederhana seperti nasi goreng, menumis sayur, goreng ikan, bikin sambal lado goring (kalo yang ini jagoan saya mah :D). Awalnya, saya banyak pakai bumbu instan kalau masak. Misalnya, bikin nasi goreng, beli bumbu paketan nasi goreng merk apa aja, terus dituangin ke nasinya. Lebih sering ga enaknya dari enak. Tapi mayanlah, masih bisa dimakan. Kalau dulu sih, cuma berani pakai bumbu instan, ga berani pakai micin. Tapi ya kan sama aja toh, MSG. huhu

                Saat masih ngekos ya ada saatnya rajin masak dan saat males banget masak. Yang bikin rajin itu kalau weekend, dapur bersama Kosan Pak Bembi ga ada yang pake, jadilah bereksperimen dengan Bapak Negara di dapur tersebut. Masak seadanya, yang penting masih bisa dimakan kami berdua dan ga bikin sakit perut. Hehe. Kalau momen yang bikin males masak itu ya kalau weekdays, hari kerja. Walaupun bangun jam 5 pagi, tapi kadang suka rebutan sama yang lain untuk pakai dapurnya. Ditambah lagi kondisi dapur yang kecil dan kompornya hanya ada 1, yaudah, daripada saling nunggu orang selesai masak terus telat ngantor ya mending beli aja makan di kantin.

                Setelah menikah, semua itu berubah. Secara automatis, saya jadi rajin masak. Saya rela kok bangun pagi-pagi demi masak sarapan dan siapin bekal lunch untuk kita berdua. Soalnya kan udah ngontrak rumah, automatis ya dapurnya siap selalu, mau dipakai kapan aja boleh. Tapi ya itu, kadang-kadang kalau hari kerja itu masakannya itu-itu lagi. Yang paling sering dimasak adalah anything yang digoreng terus disambelin dengan sambal lado goreng. Contohnya, ikan, tahu, tempe, terong dan apa ajalah yang bisa digoreng. Haha. Bapak Negara? Ya lahap aja sih makannya, soale enak. Cius deh, makanan sederhana kayak sambal lado goreng itu bikin nafsu makan meningkat drastis! :p Tapi, kalau ada momen males masak, ujung-ujungnya manasin makanan kaleng aja, kayak sarden. Hiks 

Urap, of course its made by me! ;)

                But now, I realize that I need to have a fresh start on my cooking skill and eating habit. Harus ada yang berubah. Untuk hal memasak, ya harus lebih banyak lagi belajar bermacam jenis masakan, ga hanya goreng mulu. Deep fried meal is so bad for me! Saya udah ga sanggup lagi menimbun lemak dalam tubuh yang kemudian bermutasi menjadi FAM atau phyllodes lagi, terus operasi lagi. Maka dengan itu, saya mencoba belajar bikin bermacam jenis healthy soup. Healthy as in, tidak mengandung lemak jenuh dan lemak hewani serta MSG dan teman-temannya. Contohnya, saya mencoba membuat “bihun sup utara” dari Malaysia. Untuk resep aslinya, resep ini menggunakan kaldu sapi, bisa dari daging ataupun tulangnya. Nah, ketika saya memasak untuk konsumsi sendiri, saya hilangkan kaldu sapi tersebut. Saya hanya menggunakan bumbu dari herba lokal serta sedikit garam. Dan ternyata, rasanya tidak jauh berbeda dari resep aslinya! *puji diri sendiri :p So, sekarang saya suka nelpon mama nanyain gimana bikin ini itu dan mencoba bikin masakan berdasakan hasil Googling.

Gado-gado belum perfect :)

                Sebenarnya, memasak itu tidaklah sulit. Bahkan, ada saatnya kita tidak perlu mengikuti jumlah yang tertulis padah buku resep. For me, its more into feeling and intuition. Memasak itu adalah momen kita berkreasi dan bereksperiman, jadi ya wajar ada donk kadang hasilnya ada yang enak, enak banget dan saatnya tidak enak. Hehe :p Kalau masak ya dirasa-rasa aja. Kira-kira bumbunya cukup ga ya untuk masakan yang ingin kita buat? Terus untuk tau udah mateng atau belom masakan kita ya kadang saya tusuk-tusuk dengan garpu, misalnya bikin rebusan wortel, untuk tau udah empuk atau belum ya ditusuk aja, kalo udah lembut yowes. Soalnya kan wortel itu gaenak banget kalau keras. Hehe. Tentang belajar memasak ini yang penting adalah keberanian untuk mencoba dan mencicipi serta bersedia menerima masukan dari orang yang mencicipi masakan kita. So far, Bapak Negara baru pernah komplen satu masakan aja sih, ketika saya mencoba bikin tahu gejrot yang rasa kuahnya gajelas sama sekali! Masukannya sih diterima dengan lapang dada, tapi eh malah jadi kapok untuk bikin tahu gejrot lagi. huhu :/

Gangan, masakan khas kampung suami 

                Finally, I hope I can cook more variation of healthy food for my family. I really hope so. Jadi, kita ga bakalan jajan di luar. Misalnya pengen makan mie ayam di warung favorit, tapi karena source mie ayamnya itu gajelas kan mending buat sendiri di rumah. I want to make my food from scratch. Saya pengen bisa bikin mie, ramen, udon sendiri. Terus bikin kuahnya. Dan yang paling saya pengen, punya kebun organic sendiri! Hopefully it will become reality real soon. :)

                Happy learning and happy cooking for you, my lovely friends. Have a nice day!

-MS-