Assalamualaikum, good people! :)
Image from here |
“Kakak jangan berhutang atau pakai kartu kredit ya, kalaupun mau ngutang yang gede kayak KPR untuk beli rumah atau kredit mobil ga apa-apa”
Begitulah
kira-kira pesan sang ayah tercinta untuk saya di saat sudah mulai bisa
mendapatkan penghasilan sendiri. Memang iya, yang namanya hutang itu adalah
mimpi buruk untuk semua orang. Makan tak kenyang, tidur tak lena, hanya
gara-gara hutang. Ada berbagai jenis hutang, mulai dari yang sekecil di warung
untuk belanja kebutuhan dapur, cicilan panic atau barang pecah belah (biasanya
ibu-ibu), hutang cicilan motor, mobil, rumah dan yang paling biasa adalah
hutang kartu kredit. Memang sih namanya nyicil, bayar sedikit-sedikit, tapi kan
akhirnya itu adalah hutang yang wajib dibayar.
Ada
sebagian masyarakat yang menjadikan nyicil alias berhutang sebagai solusi mudah
untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Misalnya, kepengen beli motor baru
tapi uang cash belum cukup untuk beli tunai, yaudah langsung deh ngisi aplikasi
kredit cicilan dengan sekian persen untuk sekian waktu dan dibayarlah perbulan.
Sisi baiknya ya, kita bisa dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan kita dan bisa
dibayar perbulan sampai beberapa bulan kedepan sehingga lunas.
Namun
begitu, ada pula sebagian masyarakat yang berhutang untuk sesuatu yang bukanlah
menjadi kebutuhan, melainkan keinginan, demi gengsi semata. Misalnya pengen
beli sofa baru, padahal kondisi sofa yang ada masih oke dan bisa di polish
kembali, tapi karena pengen yang baru dan mau lebaran, langsung diputuskan
untuk nyicil aja deh di toko furniture atau bayarnya pakai kartu kredit.
Alhamdulillah kalau cicilan perbulannya tidak memberatkan pengeluaran untuk
kebutuhan keluarga, tapi gimana kalau misalnya sampai tertunggak gara-gara
penghasilan hanya pas banget untuk kebutuhan bulanan?
Lain
lagi dengan isu gali lobang tutup lobang gara-gara hutang. Saya pernah diminta
untuk meminjamkan uang sekian Rupiah oleh seorang teman untuk membayar
hutangnya. Benar-benar bukan solusi dan malah menciptakan masalah baru.
Meminjam uang untuk membayar hutang hanya menciptakan hutang baru dan lingkaran
hutang yang ada padanya takkan pernah selesai.
Jadi,
apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari dari terjepit permasalahn hutang
yang kecil-kecil lama-lama menjadi bukit ini? Menurut saya, sebaiknya kita
berfikir sebelum bertindak. Contohnya, kita ingin sekali beli handphone baru,
karena handphone yang ada sekarang sudah tua dan mulai rusak. Tapi, ketika kita
check tabungan, jumlahnya belum cukup buat beli handphone baru. Mending, kita
nabung dulu aja sampai beberapa bulan kedepan, sampai uangnya cukup dan ketika
sudah terkumpul, handphone yang kita inginkan bisa kita beli tunai. Jujur saja,
itulah yang saya lakukan untuk mengisi rumah dengan barang-barang yang dibutuhkan.
Harus siap menahan diri tinggal di rumah yang apa adanya sambil meabung untuk
membeli kebutuhannya. Allhamdulillah, pelan-pelan rumah sudah terisi dan
barang-barangnya dibeli tunai.
Kedua,
kita bisa menghindari hutang dengan tidak memiliki kartu kredit. Jujur saja,
saya dan suami sudah bekerja selama hampir 3 tahun dan kami memang tidak
memiliki kartu kredit sama sekali. Karena kami takut tidak bisa mengontrol diri
ketika sudah memiliki kartu ajaib itu, maka kami putuskan untuk tidak
memilikinya. Dan sebagai solusi pembayaran cashless, kami biasanya memakai
kartu debit ketika berbelanja. Namun jika sudah memiliki kartu kredit, ada
baiknya digunakan untuk kebutuhan vital dan membayar cicilannya setiap bulan
alias tidak menunggak dan lunas tepat waktu.
Mudah-mudahan
postingan ini bermanfaat agar kita bisa hidup lebih baik lagi dan terhindar
dari hutang yang mencekik, apalagi dengan kondisi ekonomi yang kian parah
seperti sekarang. Have a nice day! :)
-MS-
Halo mba. Salam kenal saya asli balikpapan nih. Banyak yg ingin saya tanyakan. Email mungkin? Trims
ReplyDelete