Assalamualaikum,
blogworld! Lama sekali tidak berdongeng, tahu-tahu sudah tahun 2017 saja.
Baiklah, kali ini izinkan saya berbagi sebuah cerita manis tentang melahirkan
anak pertama saya, Alya Aruna Nadira pada 28 September 2016 lalu.
27 September 2016
Pagi
diawali seperti biasa, bangun sekitar jam 5 pagi, bersiap untuk solat subuh.
Tapi, ada yang beda. Ada yang bikin perut serasa ditarik-tarik, kenceng
rasanya, tapi tidak lama, sebentar saja. Jadi ingat sekitar 2 minggu sebelumnya
merasakan kontraksi brixton hiks, rasanya mirip-mirip. Jadi saya bawa aktivitas
seperti biasa saja. Terbesit di benak saya, mungkin memang sudah mau lahiran,
karna usia kehamilan sudah menjelang 39 minggu dan HPL saya adalah sekitar 2
November 2016. Seingat saya, per 30 menit – 1 jam pasti saya merasakan nyeri
itu. Tapi, ketika dibawa berjalan atau duduk sambil goyang di birthing ball,
rasa nyerinya menghilang.
Di
hari itu saya sempat berjalan (cukup jauh) untuk membeli sarapan nasi kuning
favorit, memandikan kucing kesayangan dan berberes-beres. Untuk memandikan
kucing, memang rasanya rempong sekali, tapi hari itu saya cukup bertekad
memandikannya, karna feeling saya kalau tidak hari itu dimandikan, nanti
kayaknya bakalan lebih lama lagi ga mandi. Sepanjang hari saya mencoba untuk
beraktifitas senormal mungkin, jika gelombang cinta mulai muncul, saya
perbanyak pergerakan dan mengatur nafas dan mencoba menikmatinya. Bahkan ada
kejadian 1 dari 2 ekor baby cat rescue saya mati, sedih banget rasanya karna baby cat itu udah 2 minggu-an
saya rawat. Tapi saya mencoba ikhlas semoga ada hikmahnya. Siangnya, saya
merasa sedikit lelah dan mencoba untuk tidur siang. Tapi apalah dayaku, tak bisa
konsentrasi untuk bobo ciang, alhasil kembali duduk manis goyang-goyang di
birthing ball sambil temenin mama nonton serial India kesukaannya. Sempet juga
naik turun tangga mini yang di depan rumah. Pokoknya bergerak aja, biar makin
nikmat gelombang cintanya. Tak lupa, pakai aplikasi untuk menghitung durasi,
mudah-mudahan bentar lagi lahiran.
Malamnya,
drama episode 1 dimulai. Saya udah whatsapp-an sama kakak Pembina Bidan Neny
Rahmawati, tapi masih fase menghitung si tanda cinta, kalau udah intense baru
deh cus ke Griya Bunda Sehat, tempat melahirkan pilihan saya dan suami. Laporan
juga sama Bapak Negara yang nun jauh disana, dag dig dug lah beliau. Mama juga
mulai panikan dan nyuruh buru-buru ke GBS. Padahal akunya masih santai
senyum-senyum nikmatin tanda cinta baby Alya dan rencananya besok pagi aja ke
GBS, siapa tau pas nyampe anakku meluncur depan pintu GBS. Hehe. Akhirnya,
setelah disepakati bersama, malam itu juga saya dan mama berangkat ke GBS.
Kucing kesayangan dengan terpaksa ditaroh di depan rumah, 1 baby cat yang
direscue dari bak sampah ikut dikandangin di depan rumah. Makanan titip ama tetangga,
itupun Cuma via WA nitipnya, udah kemaleman, jadi segan ngetok pintunya.
Sesampainya
di GBS, kedatangan kami disambut Bidan Putri dan Bidan Rahma. Karna pengen tau
aja, jadilah di VT. VT sakit ga? Enggak. Kalau nafasnya diatur ga terasa. Dan
yang nge-VT juga berperan penting, prosesnya lembut dan cepat jadi ibu hamilnya
kan tetep okey. Alhamdulillah, malam itu sudah di bukaan 3. Jadi semangat
doonk, bentar lagi ketemu anak bayi yang sudah dikandung 9 bulan lamanya,
apalagi penantian buat hamilnya setelah setahun menikah. Lanjut deh masuk ke
kamar buat istirahat terus dipijet induksi untuk memacu bukaan. Yang pijet
waktu itu bidan Rahma, rasanya enaaaaaak, saya betah dilama-lamain. Haha.
Sekitar 1 jam kayaknya dipijet, ga terasa, sedikit ketiduran tapi pas ada
gelombang cintanya kebangun lagi. Setelah selesai pijet, disarankan buat tidur,
untuk recharge energy. Diusahain siih, tapi baru mau merem gelomang cintanya
muncul lagi. Jadilah semalam memilih untuk tidur-tidur ayam di kursi terus
sebentar-sebentar pindah ke birthing ball. Waktu itu pengennya apa coba? Pengen
Bapak Negara tercinta ada di sampingku, memijatku, memelukku, menciumku.
Huaaaaaah. Tapi apalah dayaku, suami mencari rezeki nun jauh disana, baru masuk
pula. Hiks. Mama? Bobo pules beliau. Huhu
28 September 2016
Semalaman
fix saya tidak tidur, jadi rasanya itu memang energy-less. Kurma masih
dikunyah, tapi ga bisa banyak. Bahkan saya bolak-balik kamar mandi seperti
orang diare. Feeling saya badan saya sedang bersih-bersih untuk jalan lahir baby
Alya nanti. Dari GBS disiapkan sarapan nasi kuning, tapi tak bisa saya makan
padahal naskun emang favorit buat sarapan. Rasanya ingin muntah. Kala itu saya
sempat menangis, rasanya campur aduk, pengen suami tapi jauh, sakit iya tapi
seharusnya dinikmati, mencoba memeluk mama tapi kok mama awkward gitu. Aduh,
entahlah rasanya kok beraaaaat banget. Konsentrasi agak goyah kala itu, tapi
masih diusahakan untuk tetap tersenyum. Rencananya pagi itu mau disiapkan untuk
berendam air hangat ditetesin essential oil lavender, udah bayangin donk, pasti
enaaaaak. Etapi tiba-tiba rok basah! Mama langsung panik. Padahal kan uda di tempat
bidan yaaa, gaperlu panik ma. Hehe
Dengan
sigap saya dibawa ke ruang suci, yaitu ruang persalinan. Di VT lagi untuk kali
kedua, Alhamdulillah, sudah bukaan 6. Perjuangan masih berlanjut. Tangan Bidan
Putri digenggam sekuat hati ketika gelombang cinta datang, nafas dipandu Bidan
Putri. Bahkan saya sempet bilang “pandu aku nafas mbaaa” sambil meringis.
Awal-awal masih bisa focus, masih bisa disugesti. Gelombang cinta = nafas.
Pokoknya nafas aja. Tapiiiiiii, ketika semuanya buyar, maka hebohlah Batakan.
Hahaha I screamed. Yes, saya teriak. Saya malu mengakuinya, tapi itulah
kenyataannya. Belum lagi ga bisa ditahan ngeden padahal dari awal afirmasinya
lahiran gamau ngeden, mau nafas aja. Huhu. Musnah sudah cita-citaku. Tapi,
dibalik kehebohan satu itu, saya acungi jempol tim Griya Bunda Sehat yang tetap
sabar dan bahkan ketawa kalo saya teriak dan nangis. Kok bisa sih heboh dan
buyar konsentrasi? Saya masih kepikiran suami. Tapi anehnya kok pada ga
kepikiran buat telpon atau video call suami ya waktu itu? Pdahal boleh-boleh
aja loh.
Dari
awal masuk ruang suci sampai akhirnya lahir, semua pergerakan yang bisa
membantu penurunan kepala saya lakukan, saya usahakan semampu saya. Nungging,
berdiri, jongkok, rebozzo, miring ke kiri, berulang-ulang. Saya masih manut ama
bidan, walaupun ada momennya fikiran saya kemana-mana ga focus gitu. Hiks. Selama
proses persalinan, Bidan Neny juga membantu compress jalan lahir dengan air
hangat untuk mengurangi trauma perineum. Selama proses juga, saya mencoba
mengunyah kurma, tapi ga begitu bias nelen. Kalo minum air, banyaaak banget,
haus terus rasanya. Exhausted. Gara-gara konser itu kayaknya, hehe.
Akhirnya,
setelah hamper 4 jam, saya bisa lihat ubun-ubun Alya yang rambutnya MasyaAllah
lebatnya lewat foto dan tangan saya menyentuh ubun-ubunnya itu sewaktu udah
crowning. Dan hal yang paling gokil dari segala drama hari itu adalah, Alya
meluncur dengan jayanya disertakan batuk saja. Ondeh mandeh, terus ngapain
emakmu ini ngeden meluu dari tadi? Hahahaha. Alya Aruna Nadira, meluncur saja
langsung konser. Mungkin mau menyaingi emaknya barusan. Lahirnya dibantu bidan
praktisi gentle birth, lahirnya nyaman tanpa intervensi, InsyaAllah lahirnya
minim trauma (walaupun emak konser, mudah-mudahan Alya baik-baik aja nak ya
:”)). Mudah-mudahan ya anakku sayang. By the way, begitu si cantik ini selamat
meluncur, udah ga ngerasa lagi emaknya yang namanya sakit, hilang semuanya
terbayar dengan memeluk anak yang dinanti selama ini. Alhamdulillah ya nak,
rasanya bahagia sekali. Setelah 1 jam Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan proses
menjahit selesai (perineum tak tak begitu utuh. Hehe) Alya dibersihkan dan
dipakaikan baju. Saya meminta untuk tali pusarnya dibakar untuk mempermudah
perawatannya nanti sebelum puput. Setelah itu, Alya ditarih di samping saya dan
saya mencoba menyusui. Dihisap, beneran dihisap sama Alya, Alhamdulillah anak
pintar. Mudah-mudah ASI segera ngucur.
Sejak
saat itu, jiwa raga ini rasanya menjadi sesuatu yang baru. Dari seorang istri
kemudian menjadi ibu. Dipanggil MAMA sama anak cantik kesayangan kami. Punya
tanggungjawab baru. Punya kegiatan baru. Rasanya seperti terlahir kembali,
menjadi insan serba baru yang InsyaAllah mudah-mudahan lebih baik lagi.
Duhai anakku Alya Aruna Nadira kecintaanku, bertumbuhlah sayangJadilah anak yang sehat, kuat, pintar dan solehahJadilah apapun yang kau inginkanCintailah ilmu, mama percaya hanya itu yang bisa membawamu kemana saja kau mauMama & Papa selalu cinta padamu
Kepada tim Griya
Bunda Sehat, Mb Neny, Mb Putri, Mb Arkas, Mb Rahma, Mb Nila terima kasih banyak
sudah membantu proses persalinan saya dengan kesabaran tingkat tinggi, dengan
senyuman yang tak berhenti. Terima kasih untuk ilmu di kelas hypnobirthing dan
prenatal yoga. Terima kasih juga keluarga besar Gentle Birth Balikpapan yang
selalu on dengan energy positifnya. InsyaAllah nanti akan ada post khusus untuk
berbagi tentang persiapan melahirkan, mudah-mudahan rajin :D