Tak terasa, hampir 11 bulan terlewati
di sebuah kota yang digelar ‘Kota Minyak’ yang sekarang kian dibabat abis kuasa
asing. Suka duka, pahit manis, semuanya bercampur jadi satu ibarat campuran air
+ bahan kimia + semen yang diaduk hampir tiap hari dalam sebuah alat dengan blade yang mirip punya ibu kalian di
dapur. Aku tak perlu bercerita banyak tentang pekerjaanku di perusahaan asal
Perancis ini, biar aku ga dibilang memprovokasi semakin banyak anak-anak
Indonesia untuk bergabung disini.
Aku tak pernah merencanakan semua ini.
Bahkan, jauh sebelum aku tau kuasanya menulis impian kita di sebuah ‘Dream Book’, aku juga tidak pernah
membayangkan untuk bergabung di sebuah perusahaan yang sampai sekarang aku
masih bingung pengucapan yang mana yang paling benar. Pada awalnya, aku
menyangka ini adalah suatu kebetulan. Kebetulan yang berbuah manis dan harus
diyukuri. Namun, pada akhirnya aku percaya bahwa semua ini sudah ditulis di
catatan kehidupan seorang Malisa Sudirman.
Masih jelas diingatan, aku mengikuti
seleksi recruitment dari perusahaan
ini tanpa mengetahui ini perusahaan apa, dan posisi apa yang ditawarkan. Nol.
Aku tidak memiliki pengetahuan apa-apa tentang perusahaan ini. Waktu itu aku
masih libur semester ganjil dan sedang berjuang keras latihan debat demi NPEDC
2011. Sebuah kompetisi debat yang aku idam-idakan trofinya (sebelum aku sadar aku
bisa meraih hal lain dalam debat selain dari trofi kemenangan) aku rela tidak
pulang ke Kuala Lumpur pada waktu libur singkat yang hanya dua minggu itu.
Penjelasan terbaik bagi orang tuaku adalah, aku ingin membuktikan sesuatu.
Hanya itu.
Sehari sebelum kedatangan tim recruiter dari perusahaan yang identik
dengan warna biru ini (di beberapa negara lain, warnanya orange), aku mendapat kabar dari Bagian Kemahasiswaan yang pada
saat itu masih mengurus hal-hal berkaitan lowongan dan recruitment pekerjaan di
kampus. Temanku, FM begitu antusias mengabarkan kepada kami akan
ada sebuah perusaah besar yang akan datang merekrut keeseokan harinya. Untuk
anak semester 4 seperti aku, akan ada tawaran magang. Bagiku, tak pernah ada
salahnya kita mencoba. Toh, kalaupun gagal, sekurang-kurangnya aku bisa
mendapat bayangan proses seleksi karyawan itu seperti apa.
Di hari seleksi, aku memakai rok dasar
hitam, kemeja dan kerudung ungu beserta flatshoes
hitam. Iya, mungkin orang yang melihatku berfikir bahwa aku akan melamar
sebagai pegawai kantoran atau SPG (ternyata
salah besar). Hal terkonyol yang kulakukan disaat seleksi itu adalah tidak
mendaftar sebelumnya, jadilah namaku tidak ada di daftar peserta. Untunglah
masih diperbolehkan mendaftar di saat itu juga. Dan sialnya, aku kehilangan
pulpen. Atau aku memang tidak membawanya ya? Jadilah kupingku panas diomelin
Ibu K yang pada saat itu sedang bersiap-siap di meja pendaftaran. Wajar sih,
masa mau melamar kerja ga bawa pulpen?
Akhirnya, proses pendaftaran berjalan
lancar. Banyak senior dan alumni yang hadir mengikuti proses recruitment itu,
majoritinya, laki-laki. Aku memilih duduk di deretan kursi paling depan, ya
karena kosong dan orang-orang yang masuk sebelum aku lebih memilih di untuk
duduk belakang. Menurutku, tak ada ruginya duduk di depan, siapa tau ada door
prize gitu (oke, salah fokus). Bukan, menurutku, duduk di deretan paling depan
untuk hal sepenting ini, ya melamar sebuah pekerjaan bisa menunjukkan bahwa
kita jauh di depan dari orang lain. Setidaknya, keberanian kita jauh di depan.
Tenyata, tim recruiter perusahaan ini tidak hanya melakukan proses seleksi
karyawan dan mahasiswa magang, tapi mereka juga melakukan presentasi tentang
perusahaan ini. Presentasi dimulai dengan perkenalan para recruiter. Aku takkan pernah bisa melupakan mereka, 3 orang yang
dititipkan Tuhan untuk mengubah hidupku. Ya mungkin ada diantara mereka sudah
mulai tak ingat denganku, tapi tak mengapa. Mereka adalah Pak WC,
Ibu KW dan Pak AD. Presentasi tentang perusahaan
biru ini disampaikan oleh Pak WC dengan panjang lebar hingga akhinya aku
mengerti. Walaupun aku belum tau dengan jelas, setidaknya aku punya bayangan
jika oil company itu ga drilling sendiri untuk dapat minyaknya.
Ada sesi pertanyaan sebelum tes
seleksi dimulai. Aku bertanya. Seorang mahasiswi jurusan Teknik Kimia dengan
IPK pas-pasan bertanya tentang kesempatan menjadi karyawan jika magang disana.
Karna, sepengetahuanku, tidak semua perusahaan merekrut mahasiswa magang
menjadi karyawan. Pertanyaanku dijawab Ibu KW. Jawabannya, menjadi alasan
kenapa aku disini hari ini. “Jika anda adalah VT, anda sendiri yang akan
menentukan bahwa anda akan meneruskan bekerja disini atau tidak”.
Seleksiku, iya, aku menyebutnya
begitu. Karena aku yang menjalaninya. Seleksiku di perusahaan ini berjalan
cukup lancar. Ibarat tes thickening time
yang tidak pernah set karna terlalu banyak
retarder di temperatur tinggi. Lurus, tak ada belok-beloknya. Alhamdulillah.
Pada akhirnya aku dinyatakan lulus interview HRD dan harus bersiap untuk tes
kesehatan. Kalian tau kan, kalau aku sudah melupakan interview itu karna hampir
berbulan-bulan tak ada kabar. Setidaknya, kebahagiaan bergabung (saat itu
sebagai VT) di sebuah perusaahan jasa minyak dan gas ini bisa aku persembahkan
untuk kedua orang tuaku yang begitu khawatir bagaimana masa depanku nanti jika
sudah lulus kuliah.
Sepertinya, tahun 2011 itu Tuhan sudah
menuliskan sebagai tahun yang indah untukku. Memenangi kompetisi debat,
walaupun tidak sebagai juara 1, tapi setidaknya aku telah membuktikan kualitas
diriku terhadap mereka yang merendahkan aku. Menjadi best speaker nasional,
walaupun hanya di level Politeknik se-Indonesia dan novice speaker, setidaknya
aku bisa berdiri bangga dengan kemampuanku (tanpa mengurangi rasa syukur dan
tidak berniat sombong). Bahkan menjadi Mahasiswa Berprestasi, bukanlah hal yang
pernah aku impikan. Iya, aku bukan juara 1, tapi setidaknya, aku berhasil
mengunci mulut dosen yang sering bilang “Dia hanya pintar bahasa Inggris aja”. Terpilih
diantara 20 mahasiswa D3 Politeknik se-Indonesia untuk bergabung sebagai Vacation Trainee di Schlumberger,
setidaknya aku bisa membuka jalan untuk lebih banyak juniorku di kampus untuk
ikut bergabung disini.
Menjadi karyawan disini sudah
kufikirkan sematang-matangnya. Semua baik dan buruk sudah dianalisa. Benar kata
Ibu Kris, akulah yang akan menentukan jalan hidupku sendiri (Iya, aku tak lupa
Tuhan sudah mengaturnya). Aku ikuti kata hati. Pengalaman VT dijadikan medan
pertimbangan. Aku tak kuat di field.
Aku tak cocok menjadi Field Specialist.
Apa lagi menjadi seorang Cementer. Latar
belakang pendidikan Teknik Kimia ini menjadikan alasan kuat untukku bergabung
di Well Services Lab. Jika kalian
tau, posisi seorang Lab Technician
tidak dibuka setiap tahun. Hanya pada saat-saat tertentu karena tidak
diperlukan tenaga kerja yang missal seperti FS dan FE. Aku beruntung. Bilang
saja begitu. Tahun 2012, Lab WS Balikpapan membutuhkan 3 LT baru. Aku, salah
satunya.
Aku tak pernah tau Balikpapan itu
seperti apa. Pertama kali membaca nama Balikpapan adalah ketika aku di pesawat
dalam perjalanan pulang dari sebuah lomba debat sekitar tahun 2011. Dari
majalah maskapai yang sering delay
itu, aku tau jika Balikpapan adalah ‘Kota Minyak’nya Indonesia. Ah, tak peduli
mau kota minyak, kota sampah, aku tak tertarik. Tak tertarik tapi akhirnya
menemukan kehidupan dan cinta disini? Lucu.
Pada saat penawaran untuk bekerja itu datang,
aku pernah meminta untuk ditempatkan di Prabumulih, Jakarta atau Duri. Tak
pernah aku sebutkan Balikpapan kepada Bu Kris. Tapi, kota inilah yang
ditawarkan. Orang tuaku, yang dulunya tak pernah mengizinkan aku kuliah di luar
Palembang atau ikutan lomba debat sampai ke Pulau Sulawesi, akhirnya memberi
izin. Setidaknya, mereka bahagia. Aku lulus kuliah, dan aku mendapatkan
pekerjaan dengan bayaran yang layak. Mama menangis haru mendengarkan aku resmi
diterima, iya, saat itu Mama ada di Palembang mengadiri wisudaku.
Lalu, perjalanan kehidupanku
diteruskan di kota ini. Selama 10 bulan ini, baru 2 kali aku berangkat
meninggalkan kota ini. Itupun tidak selama dan tidak sejauh teman-temanku yang
berkesempatan menikmati pendidikan non-formal
Schlumberger di berbagai kota indah dunia seperti Houston, Tyumen,
Kellyville, Abu Dhabi, Paris dan sebagainya. Aku disekolahkan di Kuala Lumpur.
Tak ada yang istimewa. Euforia mengurus visa, wawancara dengan bule dari negeri
Paman Sam, atau naik pesawat berbintang lima. Aku belum berkesempatan menikmati
itu. Terkadang aku menyesal kenapa tidak meneruskan menjadi FS tapi di segment
yang lain. Tapi, ada satu hal yang membuat aku sadar, hidup kita sudah ditulis
Tuhan. Bersyukur.
Aku tak tau apa aku menikmati
kehidupanku sekarang atau tidak. Mengeluh? Sudah terlalu banyak. Sampai aku
terlalu lelah untuk mengeluh lagi. Banyak hal yang terjadi disini tidak sesuai
keinginanku. Tak perlulah aku ceritakan satu persatu, mungkin Twitter-ku bisa
menjawab semuanya. Kurangnya rasa syukur sama kurniaan Tuhan, mungkin itu
penyebabnya. Disaat aku hampir 11 bulan menjadi karyawan tetap disini, masih
ada teman-teman yang masih berjuang mendapatkan kontrak kerja. Disaat aku
digaji lebih berkali-kali lipat dari jumlah uang bulananku dari ayah sewaktu
kuliah dulu, masih banyak para pekerja yang berjuang meminta kenaikan gaji. “Mana
nikmat Tuhan-mu yang kau dustakan?” terngiang-ngiang jika aku mulai tidak
bersyukur.
Orang bilang, jika kita menginginkan
sesuatu, kita tuliskan di ‘Dream Book’ kita, kita lihat setiap hari, kita
usahakan setiap saat, kita berdoa tanpa henti, suatu hari nanti pasti jadi
kenyataan. Lalu, bagaimana dengan orang yang tak pernah kenal ‘Dream Book’, tak
pernah bercita-cita tinggi, tak pernah menggantungkan impiannya sampai ke
langit, berhasil mendapatkan itu? Jawabannya, ada pada Tuhan. Tuhan sudah
menuliskan semuanya dengan jelas. Kapan kita lahir. Kapan kita mati. Kapan kita
nikah. Dimana kita kerja. Berapa saudara yang kita punya. Dimana kita sekolah.
Dimana kita tinggal. Namanya perjalanan hidup. Itu yang kualami sekarang.
Sekarang aku mencoba menikmatinya, beryukur dengan apa yang kupunya, menghargai
pemberian Tuhan dan menjalani kehidupan ini semaksimal mungkin. Dan akan terus berdoa diberikan yang terbaik untuk hidupku. Kejutan apa
lagi dalam hidupku kelak? Entah. Hanya Tuhan yang tau perjalananku.
-MS-
No comments:
Post a Comment